catatan perjalanan seorang birokrat

setiap perjalanan selalu bermakna

Rp90000.00Rp80000.00

catatan perjalanan seorang birokrat

(setiap perjalanan selalu bermakna)

©Asep Budi Setiawan 

ISBN 978-623-88670-7-3

Penyunting: Nizar Machyuzaar

Desain tata letak: Tim Kreatif MPI

Penerbit: Mata Pelajar Indonesia 

Mata Pelajar Indonesia, 03-2024-PB 

Cetakan Pertama, Maret 2024

Tasikmalaya; Pustaka Biografi MPI, 2024 

270 hal. dan 18 hal. romawi, 14 x 20 cm 

CetakanI, Maret 2023, 300 eks

Ukuran: 192, 15 x 21 cm

Harga: Rp80.000,00


TESTIMONI


1

Satu kata untuk menggambarkan penulis buku ini: masagi.

Masagi itu filosofinya orang Sunda, karenanya ia bahasa Sunda. Dalam pengertian sehari-hari bermakna "sagala bisa", ia diturunkan dari kata pasagi yang bermakna persegi atau dalam dimensi lain berbentuk kubus. Layaknya sifat kubus yang tampak sempurna karena hanya mencari kelurusan sikap, entah ke atas, ke bawah, bahkan ke samping, manusia masagi senantiasa mencari kesempurnaan hakiki. 

Cara pandang, perilaku, dan gerak langkah manusia masagi selalu berupaya mencari kesempurnaan. Sebagaimana sifat kubus, ia terbangun atas kesatupaduan konstruktif dan jauh dari bias, deviasi, penyimpangan dan senantiasa menghindar dari sikap acak-acakan atau ugal-ugalan. Seumpama material batu, semen, dan bata, ia akan mewujud bangunan yang utuh dan sempurna.

Asep Budi Setiawan, manusia Sunda yang masagi itu, menyempurnakan perjalanan hidupnya dengan menulis. Salah satu dari sikap lurusnya adalah buku yang sedang Anda baca ini, "Catatan Perjalanan Seorang Birokrat".



Dengan menulis, ia bukan sedang mendua atau menyelingkuhi pekerjaan utamanya sebagai seorang birokrat di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, melainkan berusaha menangkap gejala yang muncul di sekitarnya, merekam peristiwa tak terlupakan, dan menuangkan opini yang menjejali pikirannya dalam bentuk teks. 

Ibarat senator Romawi yang menulis "acta diurna" atau catatan harian, Asep merekam bukan sekadar menulis peristiwa yang terjadi dalam lingkup pekerjaannya sebagai birokrat, ia menangkap gejala dengan tambahan penting proses penuangan opininya yang naratif.

Ia meyakini, pikiran manusia tidaklah sama, terutama ide-ide yang berseliweran di kepala. Setiap kata yang keluar dan tertulis dalam bentuk teks adalah "semion" atau tanda, di mana pembaca bisa memaknakan kata-kata itu jika terikat dalam satu kesepakatan. Bukankah setiap kata itu tidak bermakna dan orang-oranglah yang memberi makna? 

Hal ini penting ditekankan karena secara semiotis pembaca yang tidak menguasai kosa-kata Sunda buhun akan tertegun sejenak ketika harus mengunyah satu kata, tetapi dijamin tidak akan kehilangan arah karena dengan meneruskan membaca 97 sketsa berupa teks di dalam buku ini, Anda akan tetap selamat sampai di ujung perjalanan pemahaman.

(Pepih Nugraha, penulis)


2

Selamat atas terbitnya buku karya tulis sastrawan birokrat Kang ABS, yang sebagian tulisannya di FB telah saya baca dan dikomentari. Tulisan ini bisa jadi teman perjalanan  para pelancong. 

Saya tertarik untuk membaca tiap paragraf karya sastra ini. Karena tulisannya banyak bersentuhan dengan pengalaman kedinasan dengan titik nol tulisan sebagian besar tentang sosiografi masyarakat, budaya, dan segala hal tentang  Kuningan. Tulisan seorang cerdik cendekiawan yang  birokrat. Karya orang sibuk, karya tulis dalam kesibukan dinas. Tulisan dengan wawasan keilmuan luas dijiwai dengan perjalanan panjang pengalaman pribadi yang jauh membentang ke berbagai persoalan hidup pribadi dan sosial. Tulisannya enak dibaca, karena diracik apik, ringan  "on the spot,  on the track" didukung fakta, sehingga bisa menjadi bahan telaahan berbagai kalangan. 

Saya berkenalan dengan ABS, saat saya dikukuhkan Bupati Arifin untuk bertugas di Kuningan di bulan April 1999, dan sejak 2009 saat purna tugas kami makin intens "silih simbeuh èlmu pangaweruh", temanya sagala macem.

(Dr. Kuswandy Achmad Marfu, M. Pd. adalah Pensiunan ASN Kuningan, Tim Penulis Buku Sejarah Perjuangan Rakyat Kuningan 1945-1950 dan Dosen Pascasarjana IKIP Siliwangi Bandung)


3

Tulisan ringan yang sarat pengalaman akan bermuara pada gambaran sebuah kehidupan.  Itulah yang ditulis ABS dalam menapaki kehidupannya sebagai birokrat.  Rangkaian peristiwa yang dilaluinya hari demi hari, menjadi pengalaman bahkan kenangan abadi bagi dirinya.  Kenangan itu disajikan dengan ringan dalam tulisan yang mengalir tenang sehingga mudah dicerna bagi pembacanya.  Semuanya memang tampak ringan, baik gaya penulisan maupun pengalamannya.   Namun,  dalam keringanan itu ada nilai-nilai penting yang dapat digarisbawahi untuk kebermanfaatan sesuatu.   Bisa jadi,  hal penting itu luput dari perhatian, karena tampak biasa saja.   Seberapa pentingkah  itu?  

Rekaman pengalaman masa kecil di masa lalu merupakan dokumen yang mungkin tidak terjadi di masa kini.  Berbagai kuliner yang diceritakan, terutama tradisional, adalah inventarisasi tak langsung tentang kreativitas masyarakat pembuatnya.  Begitu pula nama-nama tempat, baik toponimi maupun istilah khususnya, semua itu adalah data penting.  Siapa tahu, pada  suatu masa nanti, tempat-tempat itu berganti dengan nama baru.   Kuliner, nama tempat, interaksi sosial, dan berbagai peristiwa yang dialami ABS; pada suatu waktu akan menjadi informasi penting untuk penelitian sosial budaya.

(Etti RS, sastrawan)


4

Tulisan ABS itu khas. Sekali baca langsung terasa pasti ini kalimat dan kata-kata rangkaian beliau. Mengalir  bagai air RO. Isinya padat dan sehat namun dikonsumsinya ringan dan menyegarkan. Jika ABS berbicara seperti tidak dipikirkan lama, tapi mengalir dengan deras karena pemikirannya luas dan pengalamannya kaya. Sehingga membicarakan apapun bisa nyambung. Tapi tidak ada kesan dipaksakan. Semua serba rapih, tertata apik. 

(Isyfani, Serumpun Bakung)


5

Tulisan Pak Asep, selalu ada kejutan, terkesan melompat-lompat,  tapi sesungguhnya berangkai dan menarik. Kadang butuh sedikit waktu untuk berpikir, berselancar mengambil makna mendalam di setiap paragrafnya.  Temanya sederhana, tapi kaya maksud. Ini menunjukkan jati diri sang penulisnya, penuh pengalaman dan pengetahuan, mampu mengikat makna pada setiap aktivitas kehidupannya sehari-hari.

Salut, di tengah hiruk pikuknya sebagai seorang birokrat, Pak Asep mampu mengambil waktu heningnya untuk menulis.

Semoga bisa menginspirasi birokrat lain untuk produktif menulis.

(Dr. H. Dian Rachmat  Yanuar, MSi, Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan)


6

Seorang sahabat, Pak Asep Budi Setiawan (ABS) atau biasa saya panggil Kakak Pertama meminta saya untuk menyampaikan testimoni atas sebuah karyanya. Suatu hal yg mudah karena kebetulan saya begitu dekat dengannya.

Diawali dari sekadar hobi menulis atas berbagai kejadian dan permasalahan yang meliputi berbagai aspek kehidupan yang tidak luput dari perhatiannya untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Dengan menggunakan narasi yang ringan membuat tulisannya mudah untuk dipahami namun sarat akan makna.

Selamat untuk sahabat saya Pak ABS, teruslah berkarya. Kelak karya Pak ABS akan menjadi kenangan terindah bagi keluarga, sahabat,  dan handaitaulan.

(Drs. Laksono Dwi Putranto, MSi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan)


7

Kang Asep, termasuk birokrat yang “langka”, karena selain seorang birokrat yang cukup “kenyang” pengalaman di berbagai tugas tapi juga seorang yang tekun membaca dan menulis. Tulisan-tulisan Kang Asep begitu “renyah” dicerna sehingga mudah dipahami para pembaca. Buku “Catatan Perjalanan Seorang Birokrat” memberikan pengalaman yang bermakna dari perjalanan karier Kang Asep. Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat, dan menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam memaknai setiap langkah kehidupan. Wilujeng Kang Asep, semoga sukses dan terus berkarya.


(Dr. Dikdik Harjadi, SE, MSi, Rektor  

Universitas Kuningan)



8

„Sahabat“-nya sejak dahulu adalah sebuah bolpoin dan secarik kertas yang telah menghasilkan karya tulis indah mengenai perjalanan ABS sebagai seorang birokrat. Tak heran tulisan yang selalu kami nanti dalam setiap unggahan pada media sosial baik „Facebook“ atau pun „Instagram“ akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Fenomena menulis dan membaca adalah kegiatan-kegiatan yang selalu diajarkan oleh sang ABS kepada kami.

Alunan kata yang sederhana menjadi sebuah kalimat yang membuat pembaca seperti hadir dalam perjalanannya. Selain pengalamannya, ada pula catatan informasi berbagai hal mengenai apa yang terjadi dalam kehidupan ini. Dari berbagai tema, menghasilkan sebuah pesan-pesan rindu pula akan aktivitas keseharian kami yang sudah lama tidak didekatnya. Begitulah hebatnya sang ABS yang selalu membuat kami terpesona dengan tulisannya yang bermakna. ABS adalah sosok ayah kami. Wir lieben dich, Ayah!

(Kak, A Imam, & Debay Jasmine, Leipzig, Jerman)





9

Ayah, sosok yang selalu mengabadikan momen di setiap tulisan, menciptakan kenangan berharga serta mendalam. Jangan pernah berhenti menulis, karena aku yang akan selalu menjadi pembaca setia dalam setiap tulisanmu, Ayah. selamat atas buku "Catatan Perjalanan Seorang Birokrat".

(Dyane Riri Arita Cindepuspita/De)


10

Sejatinya esai itu puisi sekaligus filsafat. Dan sejatinya Asep Budi Setiawan itu penyair sekaligus sarjana sastra yang cemerlang. Di tangannya birokrasi yang dingin dan beku meleleh bersama potongan aneka buah terpilih yang ia petik dari setiap perjumpaan. Larut pula di dalamnya bahasa yang kental manis. Jadilah sup buah tutur sang birokrat yang kaya rasa, segar, dan sangat bergizi.

 

(Teddi Muhtadin, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)




Biodata: 

Drs. ASEP BUDI SETIAWAN, MSi lahir di Tasikmalaya pada 13 Mei 1966. Menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Cirapih, SMP Negeri Cibalong, dan SMA Negeri 2 Tasikmalaya. Lalu, pada 1986, melalui jalur PMDK, melanjutkan  studi di Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran Bandung (S1) dan Magister Administrasi Negara (S2) Universitas 17 Agustus Cirebon.

Mulai bekerja sebagai PNS (1 Maret 1992) pada Dinas Pariwisata Daerah, pernah siaran di RSPD Kuningan, menjadi “penjaga gawang” protokol tiga bupati, mengurus masalah Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pariwisata pada Bagian Ekonomi Setda, kembali ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menjadi Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Pariwisata (PEP), Kepala Bidang Pengembangan Objek Wisata (POW), serta Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. Sejak 15 Agustus 2011 dipercaya menjadi Kepala Bagian Humas Setda (sekira tujuh tahun).  Pada Januari 2017 pindah ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), menjadi Sekretaris Bappeda, dan kembali menjadi Kepala Bagian Prokompim. 

Lalu pada 17 Desember 2021 promosi menjadi Staf Ahli Bupati Kuningan Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia (SDM). Dua kali menjabat Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Sosial. Sekarang, sejak Jumat, 22 September 2023, menjabat Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kuningan. 

Mulai menulis sejak kelas tiga SMP berupa “surat-cinta” pesanan (teman-teman seangkatan).  Kemudian merambah menulis puisi, artikel/esai, cerita pendek, naskah drama, lirik lagu, dan bertahun-tahun menulis “sambutan”. Tulisan-tulisan dalam Bahasa Sunda dan Indonesia tersebut pernah terpublikasikan di Buletin Lugu (SMA), Pikiran Rakyat, PR Edisi Ciamis, Suara Karya, Gadis, Mangle, Galura, Kudjang, Koridor, Tangara, Empati, Identitas, Fokus, Lensa, Idea, Radar Cirebon, Pikiran Rakyat Online, dan lain-lain. 

Selama bekerja di Bagian Humas menulis rubrik “Epilog” secara berkala di Majalah Purbawisesa, terbitan Bagian Humas Setda, sejak September 2011. Bersama dengan teman-teman GSSTF menerbitkan antologi puisi “Pesan Ombak Padjadjaran”, Pustaka Sastra, Jakarta, 1993; Antologi Puisi berjudul “Puisi Belum Rampung Kutulis Hari Ini” (2008), Cupumanik, Bandung; dan Kumpulan Puisi, Cerpen, dan Esai (sebagai pinilih kedua) yang diterbitkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (2010), serta dua buku wedalan Bagian Humas Setda yaitu “Profil 9 Tokoh Kuningan” (2012) bekerja sama dengan Drs. H. Sudar Siandes, MM (Dosen Universitas Jayabaya, Jakarta) dan “Inovasi Birokrasi, Biografi Prestasi Bupati Kuningan H. Aang Hamid Suganda, S.Sos” (2013) bekerja sama dengan Drs. H. Toto Santosa (Wartawan Pikiran Rakyat, Bandung). Selain itu, ada tulisan panjang, dan rampung dengan cepat, yaitu “Surat untuk Sahabat, Akhirnya Saya Terkunci. It’s Oke Not To Be Oke” (menulis pengalaman seorang yang menderita Covid-19 dan segera sembuh karena tekad dan usaha yang kuat).

Selain itu, berkeinginan menerbitkan postingan saya di FB dan IG, jumlahnya sudah ratusan (bahkan bisa ribuan judul). Sebab hampir setiap hari menulis dan memublikasikannya. Tidak hanya satu bahkan beberapa judul. Di sela-sela rapat rutin dan mendisposisi surat dan proposal, saya mengirim artikel/esai ke media cetak dan dimuat. Bahkan, permintaan teman-teman yang mengelola media online, banyak yang minta dikirim tulisan (belum semua terpenuhi). Ada beberapa tulisan, yang ada di laman medsosnya, untuk diterbitkan di media online mereka. Simpulannya oke-oke saja, karena bisa “sharing” pengalaman.

Selain menulis, kerapkali diundang bicara oleh pelajar, mahasiswa, organisasi kemasyarakatan, instansi pemerintah (beberapa kali oleh kementerian), dan lain-lain. Ini sekadar upaya berbagi informasi dan pengalaman. Dan, lebih intens -- selain (pernah) menjadi Ketua RT (selama 4 tahun), (pernah) mengajar (kepariwisataan) di SMA Negeri Cilimus (selama 3 tahun), berkali-kali menjadi juri Pasanggiri Mojang Jajaka Kuningan, mengurus kelompok diskusi Pengajian Malam Kamisan di Masjid Agung Syiarul Islam Kuningan, dan “diangken” menjadi Pengurus Paguyuban Pangarang Sastra Sunda (PPSS) Jawa Barat -- adalah suami dan ayah dari (Dyah Rara Ayu Pandanwangi (Kak) dan Dyane Riri Arita Cindepuspita (De) dan (menantu) Muhammad Mamduh Muharrom (Aa) – sekarang tinggal di Leipzig, Jerman, sejak mereka menikah, dan telah hadir cucu tercinta Alesha Jasmine Muharrom pada 22 Desember 2023. Sedangkan De melanjutkan S2 Psikologi di UNPAD.@abs