
Teroka Kota
Antologi Puisi Lomba Cipta Puisi Syukur Waktu
Rp80000.00Rp75000.00
Judul: Teroka Kota, Antologi Puisi Lomba Cipta Puisi Syukur Waktu
Penulis: Tan Lio Ie, Emi Suy, Bambang Widiatmoko, dkk.
Penyunting: Nizar Machyuzaar
Lukisan Sampul: Rukmini Yusuf
Desain Tata Letak: Tim Kreatif MPI
Penerbit: Mata Pelajar Indonesia
QRCBN: dalam proses pengajuan
Cetakan: November, 2025, 300 Eksemplar
Tebal: 150
Harga: Rp75.000,00
Catatan Juri
Dalam lomba penulisan puisi misalnya, selain pesertanya meningkat cukup signifikan, cakupan wilayahnya juga jauh lebih tersebar, sementara mutu dari puisi-puisi yang dikirimkan juga semakin baik dan beragam gaya pengucapannya. Mungkin ini juga efek dari publikasi yang masif dan spartan lewat medsos. Banyak peserta yang namanya sudah cukup dikenal, banyak juga penyair senior yang ikut turun gunung memeriahkan. Sekali lagi saya mengusulkan kepada panitia untuk membukukan puisi-puisi hasil lomba. Bukan hanya puisi pemenang dan nominator, banyak puisi dari peserta lain yang juga cukup menarik dan layak untuk dikumpulkan dalam sebuah antologi.
(Acep Zamzam Noor)
Bila masih ada keinginan dari siapa pun di negeri ini untuk membaca tanda-tanda, puisilah objek yang tepat. Bila masih ada keinginan dari para penguasa di negeri ini untuk membaca tanda-tanda, puisilah objek yang sangat akurat. Bila masih ada keinginan dari masyarakat, pelajar atau mahasiswa, bahkan demonstran untuk membaca tanda-tanda, puisilah objek yang paling bisa dipercaya. Bila masih ada… (ah sudahlah takkan ada habisnya.) Ya, puisilah yang banyak menyiratkan makna selain menyuratkan tanda. Dan, buku antologi ini patut dicurigai sebagai penanda sekaligus petanda bahwa puisi adalah karya yang paling popular ditulis dan dibaca.
(M. Irfan Hidayatullah)
Para perawi zaman dengan sanad dan matannya telah menyediakan lubang intip ke kelampauan. Salah satu bentuk yang dipilih, boleh jadi, adalah puisi. Segala usaha mematrikan pengalaman inderawi ke dalam tulisan (baca:puisi)dari para penyair dalam buku ini menyediakan lubang intip itu.
(Nizar Machyuzaar)
